Catatan Sepakbola
MARWAH SEPAKBOLA SUMATERA
OLEH LUKMAN EMHA
Akhirnya Persiraja Banda Aceh lolos dari lubang jarum babak Delapan Besar Divisi Utama 2010/2011 dan melenggang ke semifinal yang akan dilangsungkan di Solo. Keberhasilan ini patut disyukuri. Selain hampir mustahil, lolosnya Persiraja ke semifinal menjadi penyelamat muka sepakbola Aceh bahkan Sumatera.
Di semifinal Persiraja akan berhadapan dengan jawara Group B Mitra Kukar (22/05), yang mengerjai PSAP Sigli secara menyakitkan untuk lolos ke Solo. Dua tim lain yang berlaga di babak sederajat adalah Persidafon vs Persiba Bantul yang secara dramatik lolos setelah bermain imbang 3-3 dengan tim Sumatera lainnya PSMS Medan. Udo Fortune membuat hattrick ke gawang Andi Setiawan (PSMS) dan memulangkan wakil Sumatera Utara itu secara menyakitkan. Padahal, PSMS sempat leading 3-0 di babak pertama.
Sudah saatnya Persiraja menunjukkan penampilan terbaiknya. Selama Delapan Besar, Persiraja hanya bermain bagus di partai terakhir ketika menghadapi Persidafon. Dalam partai tersebut Persiraja cukup agresif. Itu terbukti dari sejumlah peluang yang didapat pemain depannya seperti Fahrizal Dillah dan Bekatal. Dua partai lainnya bisa disebut Persiraja bermain buruk. Dan terburuk saat melawan Persiram Raja Ampat.
Kemungkinan penampilan tidak maksimal yang ditunjukkan Lantak Laju selama di Papua akibat perubahan strategi yang diterapkan Kang Hery. Kelihatannya sang allenatore tidak mau ambil resiko dengan pola agresif 4-3-3 yang menjadi formasi khas anak asuhnya selama di penyisihan group I. Untuk mencari aman, Pelatih asal Bandung itu menurunkan formasi standar 4-4-2 yang sudah jarang diperagakan Andrea Cs. Dengan formasi tersebut posisi Abdul Musawir ditarik sedikit ke belakang untuk memenuhi lapangan tengah, sehingga el capiten tidak banyak memainkan bola di sektor pertahanan lawan sebagaimana lazim dilakukannya dalam formasi 4-3-3.
Perubahan strategi lumrah dalam sepakbola. Strategi paling tidak berpusat pada dua hal, formasi dan pemain. Adakala formasi yang diracik. Kadangkala pemain yang menjadi obyek strategis. Tidak jarang pula keduanya diracik sekaligus. Perubahan strategi biasanya karena alasan kekuatan lawan atau persoalan internal tim seperti absennya pemain pilar dalam sebuah tim.
Perubahan strategi di skuad Persiraja sangat mungkin juga karena alasan-alasan di atas. Herkis tidak mengetahui atau mewaspadai kekuatan tim-tim yang berlaga di Delapan Besar kecuali tim-tim Sumatera. Bisa jadi perubahan strategi karena faktor Erik Saputra yang tidak bisa memperkuat Persiraja karena sakit. Selama ini Erik paling diandalkan Herkis di lapangan tengah timnya.
Absennya Erik membuat lapangan tengah Persiraja selama di Papua pincang. Pasalnya tidak ada gelandang bertenaga seperti Erik dalam daftar pemain cadangan. Azhari yang menggantikan Erik di dua laga memang tidak buruk, hanya saja pemain paling senior dalam tubuh Persiraja itu sudah tidak se-enerjik seperti pada masa jayanya. Sedangkan Herisman biar bertenaga, masih sering melakukan salah umpan. Karena itu, mau tak mau, Djibril yang biasanya bertugas sebagai penyuplai bola ke barisan depan terpaksa meninggalkan posnya untuk membantu Azhari maupun Herisman, sehingga membuat jarak yang amat jauh antara Djibril dan Fahrizal Dillah-Bekatal.
Kondisi ini berdampak pada minusnya variasi serangan. Praktis sepanjang tiga laga di Papua, Persiraja hanya mengandalkan serangan sayap. Serangan dari lapangan tengah macet. Tidak ada terobosan dari tengah atau tendangan spekulatif. Padahal, variasi serangan sangat penting untuk mengacaukan konsentrasi dan menguras tenaga pemain pertahanan lawan.
Menjelang laga semifinal berita baik berhembus. Kabarnya Erik sudah bergabung dengan rekan-rekannya di Solo. Masih menjadi teka-teki apakah Erik yang baru sembuh dari sakit itu akan mengisi posnya untuk kembali di lapangan tengah. Apakah Herkis akan kembali ke formasi 4-3-3 yang sudah menyatu dengan Abdul Musawir Cs atau mempertahankan formasi 4-4-2?
Butuh analisis yang tajam untuk memenangkan laga semifinal ini. Kemenangan berarti tiket ke ISL sudah dalam genggaman. Tinggal merebut juara di partai puncak. Kemenangan tidak hanya mengangkat marwah sepakbola Aceh, namun juga marwah sepakbola Sumatera di pentas nasional.
harian aceh/22/05/2011