Minggu, 22 Mei 2011


Catatan Sepakbola
MARWAH SEPAKBOLA SUMATERA
OLEH LUKMAN EMHA

Akhirnya Persiraja Banda Aceh lolos dari lubang jarum babak Delapan Besar Divisi Utama 2010/2011 dan melenggang ke semifinal yang akan dilangsungkan di Solo. Keberhasilan ini patut disyukuri. Selain hampir mustahil, lolosnya Persiraja ke semifinal menjadi penyelamat muka sepakbola Aceh bahkan Sumatera.

Di semifinal Persiraja akan berhadapan dengan jawara Group B Mitra Kukar (22/05), yang mengerjai PSAP Sigli secara menyakitkan untuk lolos ke Solo. Dua tim lain yang berlaga di babak sederajat adalah Persidafon vs Persiba Bantul yang secara dramatik lolos setelah bermain imbang 3-3 dengan tim Sumatera lainnya PSMS Medan. Udo Fortune membuat hattrick ke gawang Andi Setiawan (PSMS) dan memulangkan wakil Sumatera Utara itu secara menyakitkan. Padahal, PSMS sempat leading 3-0 di babak pertama.

Sudah saatnya Persiraja menunjukkan penampilan terbaiknya. Selama Delapan Besar, Persiraja hanya bermain bagus di partai terakhir ketika menghadapi Persidafon. Dalam partai tersebut Persiraja cukup agresif. Itu terbukti dari sejumlah peluang yang didapat pemain depannya seperti Fahrizal Dillah dan Bekatal. Dua partai lainnya bisa disebut Persiraja bermain buruk. Dan terburuk saat melawan Persiram Raja Ampat.

Kemungkinan penampilan tidak maksimal yang ditunjukkan Lantak Laju selama di Papua akibat perubahan strategi yang diterapkan Kang Hery. Kelihatannya sang allenatore tidak mau ambil resiko dengan pola agresif 4-3-3 yang menjadi formasi khas anak asuhnya selama di penyisihan group I. Untuk mencari aman, Pelatih asal Bandung itu menurunkan formasi standar 4-4-2 yang sudah jarang diperagakan Andrea Cs. Dengan formasi tersebut posisi Abdul Musawir ditarik sedikit ke belakang untuk memenuhi lapangan tengah, sehingga  el capiten tidak banyak memainkan bola di sektor pertahanan lawan sebagaimana lazim dilakukannya dalam formasi 4-3-3.

Perubahan strategi lumrah dalam sepakbola. Strategi paling tidak berpusat pada dua hal, formasi dan pemain. Adakala formasi yang diracik. Kadangkala pemain yang menjadi obyek strategis. Tidak jarang pula keduanya diracik sekaligus. Perubahan strategi biasanya karena alasan kekuatan lawan atau persoalan internal tim seperti absennya pemain pilar dalam sebuah tim.

Perubahan strategi di skuad Persiraja sangat mungkin juga karena alasan-alasan di atas. Herkis tidak mengetahui atau mewaspadai kekuatan tim-tim yang berlaga di Delapan Besar kecuali tim-tim Sumatera. Bisa jadi perubahan strategi karena faktor Erik Saputra yang tidak bisa memperkuat Persiraja karena sakit. Selama ini Erik paling diandalkan Herkis di lapangan tengah timnya.

Absennya Erik membuat lapangan tengah Persiraja selama di Papua pincang. Pasalnya tidak ada gelandang bertenaga seperti Erik dalam daftar pemain cadangan. Azhari yang menggantikan Erik di dua laga memang tidak buruk, hanya saja pemain paling senior dalam tubuh Persiraja itu sudah tidak se-enerjik seperti pada masa jayanya. Sedangkan Herisman biar bertenaga, masih sering melakukan salah umpan. Karena itu, mau tak mau, Djibril yang biasanya bertugas sebagai penyuplai bola ke barisan depan terpaksa meninggalkan posnya untuk membantu Azhari maupun Herisman, sehingga membuat jarak yang amat jauh antara Djibril dan Fahrizal Dillah-Bekatal.

Kondisi ini berdampak pada minusnya variasi serangan. Praktis sepanjang tiga laga di Papua, Persiraja hanya mengandalkan serangan sayap. Serangan dari lapangan tengah macet. Tidak ada terobosan dari tengah atau tendangan spekulatif. Padahal, variasi serangan sangat penting untuk mengacaukan konsentrasi dan menguras tenaga pemain pertahanan lawan.

Menjelang laga semifinal berita baik berhembus. Kabarnya Erik sudah bergabung dengan rekan-rekannya di Solo. Masih menjadi teka-teki apakah Erik yang baru sembuh dari sakit itu akan mengisi posnya untuk kembali di lapangan tengah. Apakah Herkis akan kembali ke formasi 4-3-3 yang sudah menyatu dengan Abdul Musawir Cs atau mempertahankan formasi 4-4-2?

Butuh analisis yang tajam untuk memenangkan laga semifinal ini. Kemenangan berarti tiket ke ISL sudah dalam genggaman. Tinggal merebut juara di partai puncak. Kemenangan tidak hanya mengangkat marwah sepakbola Aceh, namun juga marwah sepakbola Sumatera di pentas nasional.

harian aceh/22/05/2011
  














Minggu, 24 April 2011


Catatan Sepakbola
BERJUANG SAMPAI AKHIR
Oleh Lukman Emha

Seperti Seri A saja, saking ketatnya persaingan liga tersebut, juaranya baru bisa ditentukan pada pertandingan terakhir hampir tiap tahun guliran kompetisi. Itu pula yang terjadi dengan Divisi Utama Liga Tiphone musim 2010/2011 ini. Beberapa tim yang berpeluang menjadi juara atau berlaga di delapan besar tidak boleh bersantai pada partai terakhir. Persiraja misalnya, harus menang di partai pamungkas melawan PS Bengkulu (Senin/25/4) jika ingin menjadi jawara di Grup I. Jika kalah, kesempatan juara bisa melayang, bahkan kesempatannya berlaga di delapan besar berada dalam bahaya.

Andai Persiraja sudah memastikan diri sebagai jawara, partai pamungkas ini dipastikan menjadi milik pemain cadangannya. Di liga manapun, tim yang yang sudah memastikan juara atau stagnan di posisi tertentu akan menjadikan partai sisa sebagai kesempatan untuk menurunkan pemain cadangan, yang pada partai sebelumnya jarang atau bahkan tidak pernah tampil sebagai starter.

Namun dalam kondisi kepepet, pelatih manapun tidak berani berjudi dengan menurunkan stok cadangannya. Sebab, risikonya tim bisa tergelincir dan gagal. Karna itu, amat logis bila semua tim akan menurunkan tim terbaiknya kecuali andalannya terkena akumulasi kartu. Perburuan tiket ke delapan besar membuat seluruh tim yang masih berpeluang tidak boleh berhenti mengejar sikulit bundar sebelum peluit akhir pertandingan melengking. Laga setiap tim akan terlihat seperti pertandingan final.

Ada 5 tim yang akan menjalani laga hidup mati demi tiket delapan besar. Persiraja, PSAP, PSMS, Persipasi, dan Persita, harus berjuang sampai di garis finis untuk menjaga peluang yang ada. Persiraja belum kokoh di puncak klasemen dengan perolehan nilai 45, diikuti PSAP dengan nilai 44, PSMS Medan 42, Persipasi 40, dan Persita 39.

Persiraja dan PSAP sudah mengantongi 23 pertandingan. Itu artinya dua tim asal Aceh tersebut cuma menyisakan satu pertandingan saja yakni sama-sama melawan PS Bengkulu di kandang sendiri. Sedangkan empat pesaingnya yang lain masih menyimpan dua pertandingan sisa.

Dengan demikian, jika semua tim mampu memungut poin penuh di sisa laganya, Persiraja dan PSMS akan meraih poin 48 (posisi kedua tim akan ditentukan melalui selisih gol), PSAP 47, Persipasi 46, dan Persita 45. Dalam posisi seperti ini Persipasi dan Persita akan gigit jari. Sebab, untuk berlaga di delapan besar, minimal sebuah tim harus menjadi peringkat tiga terbaik di klasemen.

Tetapi, jika dua tim Aceh (Persiraja dan PSAP) kesandung di kandangnya sendiri, ada kemungkinan perolehan nilai mereka akan dilampaui tim lain, apabila tim-tim yang menjadi pesaing meraup poin penuh di setiap laganya. Bisa saja PSMS menjadi juara grup (48), Persipasi runner up (46), dan Persiraja atau Persita akan mengisi peringkat tiga (45), tergantung selisih gol kedua tim (sejauh ini selisih gol Persita lebih baik daripada Persiraja). Jika PSAP out dari peredaran 3 besar klasemen, berarti gagal ke delapan besar. Ini tidak kita harapkan.

Oleh sebab itu, Persiraja dan PSAP tidak boleh bersantai di laga terakhir menghadapi PS Bengkulu. Hanya kemenangan yang akan mengamankan posisi mereka. Persiraja yang lebih dulu melakukan pertandingan harus menang. Bila menang, Persiraja bukan sekadar lolos ke delapan besar, prediket jawara Grup I bisa jadi akan dalam genggaman. Sungguh sempurna bila perjuangan sampai akhir berbuah manis dengan jadi jawara. Di atas kertas, Persiraja bisa mengatasi lawannya itu, namun di atas lapangan semua bisa terjadi. Waspadalah!

harian aceh/25/04/2011


Selasa, 19 April 2011


Catatan Sepakbola
MOMEN KEMBALI KE PUNCAK
Oleh Lukman Emha

PSAP Sigli tergelincir oleh kerikil Pro Titan yang ternyata tajam di Stadion Teladan Medan (14/4). Antonio Teles menjadi penentu kemenangan tuan rumah di menit-menit akhir babak kedua. Tidak disangka, PSAP yang sebelumnya begitu perkasa di Kuta Asan dengan dua kemenangan besar beruntun 10-0 dan 9-0 takluk di kaki para punggawa Pro Titan yang berada di peringkat 3 dari bawah.

Senin (18/4) petang, giliran Persiraja yang dijamu Pro Titan di Teladan. Akankah Persiraja bernasib sama dengan PSAP? Mungkin saja iya. Alasan pertama, rekor tanding Lantak Laju pada putaran kedua ini amat buruk, tak berbanding lurus dengan yang diraih pada putaran pertama. Dari 5 kali tandang di putaran pertama hanya sekali menelan kekalahan. Sebaliknya, 6 kali tandang pada leg kedua, hanya sekali meraih kemenangan.

Alasan kedua, mental pemain yang sedang drop buntut insiden berdarah paskalaga melawan PSMS Medan Selasa (12/4) lalu. Persiraja tidak hanya dipatuk Ayam Kinantan dengan skor 2-0, tetapi ‘dipatuk’ pula oleh supporter Ayam Kinantan di luar stadion. Bekatal dilempari di lorong ruang ganti dan bus yang ditumpangi Persiraja dilempari batu ketika menuju tempat penginapan. Sejumlah pemain dan official terluka dalam insiden tersebut, terkena pecahan kaca. Ini insiden berdarah paling parah yang pernah menimpa  tim kesayangan masyarakat Banda Aceh itu.

Celakanya, Pro Titan sekandang dengan PSMS, sehingga tau’an wa karhan (suka tak suka), Persiraja harus kembali ke stadion yang telah menggores luka menyayat fisik dan hati mereka.  Secara psikologis kondisi ini cukup mengundang trauma bagi Persiraja. Tidak ada yang mampu memprediksi apa yang akan terjadi lagi pada saat dan setelah pertandingan nanti. Kekhawatiran muncul, supporter PSMS menjadi supporter Pro Titan atau supporter Pro Titan meniru prilaku supporter PSMS untuk meneror Persiraja. Pro Titan membutuhkan poin untuk menjauh zona degradasi. Teror mungkin bisa jadi salah satu cara supporter mereka mewujudkan keinginan timnya.

Tarung melawan Pro Titan merupakan momen terbaik bagi Persiraja untuk kembali ke puncak klasemen. Inilah kesempatan terakhir Andria Cs. untuk menyalip PSAP di tahta terhormat. Saat ini Persiraja masih mengantongi angka 44 sama dengan perolehan PSAP. Jika Abdul Musawir dkk berhasil mempermalukan tuan rumah Pro Titan, Persiraja akan ke puncak klasemen dengan syarat PSMS bermain imbang atau menaklukkan PSAP yang bertanding Minggu/17/4 jam 19.00 malam.

Hitungan ini cukup realistis mengingat PSMS makin lama makin membaik dan didukung supporter fanatik, jika tidak menyebut mereka brutal. Ini tidak berarti menutup peluang PSAP untuk menang. Kans mereka tetap ada sebab sering tampil mengejutkan. Apalagi striker maut PSAP , Saha, adalah mantan punggawa PSMS. Saha pasti memiliki ambisi pribadi terhadap mantan klub yang telah mendepaknya. Bila PSAP bisa menang, mereka pantas dipuji.

Secara tim, Persiraja lebih baik dibandingkan Pro Titan. Pro Titan juga kalah kelas dengan PSMS. Pada putaran pertama, Persiraja menang 2-1 dalam kondisi Stadion Lampineung yang becek akibat diguyur hujan. Karena itu, sejatinya Persiraja juga meraup poin di kandang lawannya. Poin berarti menjaga peluang untuk menjadi juara di paruh kedua musim ini. Sebab, di laga terakhirnya, anak asuh Herry Kiswanto cuma meladeni tim lemah PS Bengkulu di hadapan tifosinya.

Saya berharap Persiraja mampu mengamankan dua partai sisa. Dengan demikian mereka akan meraih nilai 50. Angka ini tidak akan terkejar oleh PSMS. Jika menyapu bersih seluruh pertandingan sisanya, PSMS hanya mencapai angka maksimal 48. Raihan angka 50 hanya akan terkejar oleh PSAP, bila mereka membungkam tuan rumah PSMS dan tamu PS Bengkulu di pertandingan terakhirnya. PSAP memiliki selisih gol yang fantastis.

Semoga Herry Kiswanto mampu mengatasi mental anak asuhnya gara-gara insiden berdarah seminggu lalu. Jika Kang Herry berhasil, ia layak dipuji. Good Luck, Akang!

 harian aceh/18/4/2011

Minggu, 03 April 2011


Catatan Sepakbola
(TANPA) MAGIS IRFAN BACHDIM
Oleh Lukman Emha

Siapa yang tidak kenal Irfan Bachdim? Saya yakini hampir tidak ada penggemar sepakbola tanah air yang tidak mengenalnya. Dari anak-anak, ABG (Anak Baru Gede), sampai orang dewasa pasti familiar dengan sosok itu.

Namanya Irfan Haarys Bachdim. Lahir di Amsterdam, 11 Agustus 1988. Ayah Irfan bernama Noval Bachdim, ibunya Hester van Dijic. Kakeknya Ali Bachdim. Dalam bermain sepakbola, Irfan bisa menempati berbagai posisi seperti penyerang, gelandang , maupun sayap.

Piala AFF 2010 tahun lalu telah memopulerkan nama Irfan. Proyek naturalisasi pemain asing yang dilakukan PSSI memberinya kesempatan untuk menjadi pemain nasional Indonesia. Penampilannya di tim nasional ciamik. Wajahnya bagi sebagian kaum hawa dikategorikan handsome. Jadilah anak blasteran Malang-Belanda itu sebagai magnet di lapangan hijau.

Daya magnetiknya dibaca secara jeli oleh pengusaha. Irfan yang sedang digilai banyak orang terutama perempuan ABG dipandang potensial bisnis. Akhirnya, sebuah perusahaan produk minuman berenergi memasangnya sebagai bintang iklan. Perusahaan sepeda motor Suzuki juga memercayakannya sebagai bintang iklan produk mereka. Sehingga icon baru tim nasional itu semakin popular dan hidup dalam ingatan penggemarnya.

Bukan hanya pengusaha, pacar Irfan, Jennifer Kurniawan, turut diuntungkan oleh popularitas sang pacar. Awalnya Jennifer bekerja sebagai model di Jerman, kini si seksi ini siap pindah kerja ke Indonesia dan bersaing dengan para model di tanah air.

Wajah Jennifer juga mulai akrab di layar kaca. Selain jadi pemberitaan seputar asmaranya dengan Irfan, ia juga diundang sebagai bintang tamu dalam beberapa programa di tv swasta, misalnya online yang digawangi Olga-Jengkelin dan wisata kuliner menemani Bondan ‘Maknyus’di stasion Transtv. Kabarnya, Jennifer sudah pula terjun ke dunia perfilman Indonesia. Di pinggiran FB (facebook) kerap muncul berita, kakak Jefry Kurniawan itu ditawari main film panas dengan bayaran milyaran rupiah. Syukur, Jennifer ogah buka-bukaan.

Belakangan Irfan sudah tidak dipanggil tim nasional. Buntut keputusannya berlaga di LPI (Liga Primer Indonesia), liga yang dipandang ilegal oleh Nurdin Halid Cs. PSSI mengancam coret semua pemain yang berlaga di luar kompetisi yang dikelola seenak perutnya oleh mafia dalam tubuh PSSI. Makanya sekalipun tenaganya dibutuhkan di tim olimpiade, Riedl tidak memanggil Irfan. Dimaklumi, Riedl adalah pelatih yang diangkat PSSI yang tentu saja harus manut pada Big Boss Nurdin Halid. Tim olimpiadepun gagal.

Dicoret dari  tim nasional tidak lantas membuat popularitas Irfan redup. Ia tetap saja mentereng. Penggemar masih membicarakannya lantaran tetap bersinar di lapangan hijau. Sampai geornata ke 10, Persema Malang merajai LPI dan Irfan pendulang gol terbanyak untuk kemenangan Laskar Ken Arok itu. 7 gol sudah ia lesakkan dan bertengger sebagai top scorer sementara bersama Juan Cortez (Batavia Union).

Cidera
Sayang seribu sayang. Penggemar Irfan di Aceh akan kecele. Pasalnya, Irfan dipastikan tidak ikut serta dalam tim Persema yang akan menjajal Atjeh United di Stadion Harapan Bangsa pada Minggu (3/4) petang, karena masih dibekap cidera engkel.

Padahal, partai Atjeh United vs Persema Malang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat sepakbola Aceh. Selain ingin menyaksikan permainan Persema secara tim, olah bola Irfan tentu saja daya tarik lain yang dinantikan oleh masyarakat Aceh.

Namun, tanpa Irfan Bachdim-pun, pertandingan tetap menarik. Persema  tidak hanya memiliki Irfan, tetapi sederet pemain bintang yang lain, seperti Jefry Kurniawan, Bima Sakti, Pierre Patrick, Ngon Mamoun, dan lainnya. Secara tim mereka amat solid. Sampai minggu ke 10 mereka belum terkalahkan. Pertandingan sebelumnya  di Stadion Gajayana, Persema menang 4-1 meskipun tanpa Irfan Bachdim.

Bagi Atjeh United, absennya Irfan merupakan keuntungan tersendiri. Paling tidak konsentrasi lini belakang tidak terganggu oleh kebintangan Irfan. Atjeh United berambisi mematahkan rekor tak terkalahkan Persema. Hal itu wajib dilakukan Atjeh United untuk mengamankan poin kandang sekaligus membuktikan pada pecinta sepakbola di Aceh, bahwa Atjeh United benar-benar telah membaik paska mempecundangi Solo FC 0-3 di Stadion Manahan Solo. Buktikan, Atjeh United..!

Sumber: harian aceh/3/4/2011