Kamis, 03 Maret 2011


Catatan Sepakbola
Laskar Pasee dalam Ancaman
Oleh Lukman Emha

PSLS Lhokseumawe baru saja digebuk PSAP Sigli (0-1) di markasnya Stadion Tunas Bangsa Lhokseumawe (25/2). Terkapar di kandang sendiri tentu saja merupakan hasil yang amat buruk. Apalagi mereka telah bertekad untuk mampu bersaing dengan tim manapun di putaran kedua Divisi Utama Liga Indonesia 2010/2011 untuk menjaga eksistensi mereka di kasta kedua sepakbola tanah air.

Padahal, demi tekadnya itu, PSLS telah merogoh kocek dalam-dalam untuk mengontrak tiga pemain asing supaya menutupi kekurangan mereka selama ini. Ketiga pemain tersebut adalah striker Carlos Raul (Argentina), gelandang Koube Salomon (Kamerun), dan defender Konah (Liberia). Sayang, penambahan darah segar belum memperbaiki prestasi Laskar Pasee.

Saat dalam kondisi mental terpuruk, sore nanti di Stadion yang sama, PSLS disambangi saudara kandungnya, Persiraja Banda Aceh. Pemimpin klasemen sementara itu justru sedang dalam kondisi mental yang amat baik pascamempecundangi tuan rumah PSSB Bireun (0-2) di Cot Gapu (26/2), sehingga mampu memelihara jarak empat poin dengan runner up sementara PSAP Sigli.

PSLS harus bekerja extra untuk memuaskan pecintanya dengan mengalahkan Persiraja. Betapa tidak, perlahan tapi pasti, Persiraja pada musim ini mulai meninggalkan predikat jago kandangnya. Sebab, tim asuhan Heri Kiswanto itu kini telah menjelma sebagai momok menakutkan bagi tuan rumah manapun. Sekedar mengingatkan, Andrea cs. baru sekali kehilangan angka di partai tandangnya, yakni ketika bertandang ke Cibinong, markas Persikabo. Kekalahan itupun, lebih diakibatkan oleh sikap kontroversial Hadi Suroso yang bertindak sebagai pengadil dalam laga yang menghasilkan 7 (4-3) gol itu.

Tidak mustahil, PSLS nanti sore akan dilumat oleh tim yang dimanajeri Adli Tjalok itu. Persiraja mengincar kemenangan keduanya pada putaran kedua. Hanya kemenangan yang akan mengamankan posisi pimpinan klasemen dari kejaran PSAP yang baru saja unggul 2-3 dari tuan rumah PSSB Bireun (Akun FB Persiraja). Bila tim asal Kota Banda Aceh itu kalah dari PSLS, dipastikan jarak Persiraja-PSAP hanya terpaut satu angka.
Bila itu terjadi, Kursi puncak klasemen yang diduduki Persiraja akan memanas. Pasalnya, partai tandang selanjutnya yang akan dijalani Persiraja berlangsung di Kuta Asan (6/3), markas PSAP yang angker bagi tim tamu manapun. PSSB dan PSLS sudah merasakan betapa angkernya Kuta Asan bagi mereka. Rusuh selalu manjadi bumbu setiap pertandingan yang dilangsungkan di sini. Jika bukan karena ulah penonton, maka pemainlah yang adu jotos.

Sulitnya mencuri poin di Kuta Asan tentu saja sudah dihitung Persiraja jauh-jauh hari. Jika Persiraja kalah di Lhokseumawe, lalu kalah lagi di Kuta Asan, maka itu berarti Persiraja akan kehilangan tahta. Oleh sebab itu, laga lawan PSLS akan coba dimanfaatkan oleh Persiraja semaksimal mungkin untuk menambah pundi-pundinya dengan gol. Kunci mempertahankan tahta klasemen ada di laga ini.

Masuk akal, Persiraja mengincar tiga angka di Lhokseumawe. Stadion Tunas Bangsa tidak seangker Kuta Asan bagi setiap lawan PSLS. Di sini suporternya tidak begitu fanatik (jika tidak dibilang sopan) dan PSLS sudah dua kali menuai kekalahan. Jika menang, maka sekalipun Persiraja kalah di Kuta Asan tidak berarti kehilangan tahtanya. Itu hanya akan memperpendak jarak kedua tim menjadi satu angka.

Situasi ini harus dipahami PSLS. Imran Juned selaku arsitek harus menyiapkan strategi untuk meredam gempuran pemain Persiraja. Tiga darah segar dalam diri pemain asing teranyar mereka harus dioptimalkan jika Imran tak mau kehilangan muka di hadapan tifosinya untuk kali kedua di putaran ini. Imran harus membenahi setiap kelemahan yang tampak dalam tarung melawan PSAP. Dan menjadikan kekalahan dari tim asuhan Anwar itu sebagai cemeti untuk bangkit dan membunuh Persiraja.

Saya yakin, Imram Juned memahami betul karakteristik permainan Djibril cs. Sebab, itulah kerja seorang pelatih. Membaca permainan lawan, dan menyiapkan strategi khusus untuk memorak-porandakan karakter lawan lalu menyudahi lawan dengan trik tertentu yang membuat lawan tak berkutik.

Laga perdana di Lampineung dapat dijadikan Imran sebagai acuan untuk mempelajari permainan Persiraja. Sedikit banyaknya, Imran bisa berdiskusi dengan Mukhlis Sawang, anak asuhnya yang mantan pemain Persiraja. Sekalipun kini Persiraja diasuh Heri Kiswanto, secara umum karakter permainan Persiraja tidak berubah drastis. Tapi, perkembangan mental Persiraja cukup signifikan.

Kita tunggu saja strategi arsitek Laskar Pasee menghalau ancaman Laskar Rencong.